Kamis, 21 April 2011

Relikui Don Bosco ada di Jakarta, 7-12 Maret


Relikui Santo Yohanes Bosco akan tiba di tanah air pada hari Senin, 7 Maret setelah dua minggu lebih berada di Timor Leste. Relikui tersebut akan berada di Indonesia hingga 12 Maret.

Kunjungan relikui santo pencinta orang muda ini merupakan peristiwa istimewa yang patut disyukuri oleh umat Katolik Indonesia.

Dalam keterangannya, 2 Maret, Pastor Boedirahardjo Soerjonoto SDB, Delegatus SDB di Indonesia, menyampaikan rincian acara selama relikui berada di Jakarta.

Pada 7 Maret malam hari relikui akan tiba di bandar udara Soekarno Hatta Jakarta dari Dili, Timor Leste. Sebelumnya direncanakan, relikui akan tiba di lapangan terbang Halim Perdana Kusuma. Setelahnya akan langsung dibawa dan disemayamkan di Wisma Salesian Don Bosco di Sunter Jaya, Jakarta Utara.

Pada 8 Maret sejak pagi hingga sore hari, para pastor, bruder dan kooperator (ordo ketiga) SDB mengadakan kegiatan internal berupa rekoleksi dengan pembicara utama Pastor Jose Carbonell SDB.

Rekoleksi mengambil tema Return to Don Bosco. Sore harinya, relikui akan dibawa ke Gereja Santo Yohanes Bosco, Danau Sunter, Jakarta Utara. Setibanya di gereja ini, diadakan ibadat singkat dipimpin oleh Pastor Kepala Paroki. Setelahnya umat akan diberi kesempatan untuk memberi penghormatan hingga tengah malam (tuguran).

Pada 9 - 11 Maret, pagi hari pukul 09.00, diselenggarakan Misa khusus bagi kaum muda dan siswa. Malam harinya, pukul 19.00, Misa untuk umum dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta ( 9/3), Uskup Purwokerto (10/3) dan Uskup Surabaya (11/3). Misa pagi hari jam 06.00 berjalan seperti biasa.

Pada 12 Maret pagi hari, relikui akan diterbangkan menuju China dari bandar udara Soekarno Hatta, Jakarta.

Pastor Boedirahardjo mengundang umat Katolik untuk dapat hadir dalam peristiwa dan kegiatan istimewa ini.

Menurut beliau, akan juga diadakan beberapa acara diantaranya pemutaran film berjudul “Saint John Bosco Mission to Love”.

Perjalanan relikui ke 130 negara merupakan bagian dari peringatan 150 tahun kehadiran Tarekat Salesian Don Bosco (1859-2009) di dunia dan 200 tahun kelahiran Santo Yohanes Bosco (1815-2015).

Penyambutan ‘Urna Relikui’ (urna=peti kaca) Santo Yohanes Bosco di setiap negara yang dikunjungi selalu meriah.

Di Timor Leste, Presiden Jose Ramos Horta, PM Xanana Gusmao, dan pejabat tinggi lainnya turut menyambut kedatangan Don Bosco pada 18 Februari di Dili, bersama ribuan umat Katolik lainnya. Di sana mereka menyanyi Viva Don Bosco.

sumber artikel cc.http://www.cathnewsindonesia.com

Senin, 11 April 2011

sabda Tuhan sabda kebenaran
tak berubah sampai ahir jaman
sabda Tuhan itu sabda cinta
sabda damai bagi manusia
tanpa Yesus kita orang miskin
tanpa Yesus hati kita dingin
dengan yesus kita amat kaya
hati kita kan ber sukaria

Minggu, 10 April 2011

MENURUTMU, SIAPAKAH AKU INI?


Bacaan: Zak 12: 10-11; Gal 3: 26-29; Luk 9: 18-24
Tetapi apa katamu, siapakah AKU ini? Itulah pertanyaan yang ditujukan Yesus kepada para murid-Nya sebagaimana diungkapkan oleh Santo Lukas dalam Injil yang baru kita dengar.
Pertanyaan Yesus tadi, paliing kurang untuk kesempatan ini menghadirkan dua tanggapan. Pertama, membersitkan satu hal, krisis identitas Yesus, keraguan-Nya atas jati diri serta misi hidup-Nya. Yesus membutuhkan peneguhan dari para murid-Nya. Sesudah Petrus memberikan jawaban, “Engkaulah Mesias dari Allah”, sesudah Yesus memperoleh peneguhan itu, Dia lalu menegaskan bahwa Mesias harus menanggung banyak penderitaan. Kedua, (dan inilah yang menjadi pokok atau fokus dalam renungan kita), ialah pertanyaan Yesus itu sesunguhnya merupakan satu test bagi pemahaman dan penghayatan para murid tentang siapakah Yesus itu. Para murid harus menjawab pertanyaan tersebut bukan berdasarkan perkataan, atau tanggapan, atau pendapat orang lain, melainkan harus berlandaskan pemahaman dan penghayatan mereka sendiri.
Kalau dalam zaman sekarang, dapat dikatakan bahwa Yesus tidak membutuhkan suatu jawaban, misalnya berdasarkan pengetahuan akademik, buku, ajaran agama ataupun teologi; melainkan bersumber pada pemahaman dan penghayatan pribadi dalam integritasnya dengan seluruh pengalaman hidup seseorang dan bagaimana mengimplementasikan pemahaman dan penghayatan itu dalam kompleksitas hidup keseharian.
Adalah Petrus yang memberikan jawaban yang jitu dan tuntas. Jitu, karena tepat sasaran. Tuntas, karena menyentuh dan merangkul hakekat diri Yesus sebagai Mesias dari Allah yang harus menanggung banyak penderitaan demi keselamatan banyak orang. Jawaban itu atau pengakuan tersebut menjiwai seluruh sepak terjang perjalanan hidup Petrus, sekalipun pribadi Petrus penuh dengan kontradiksi. Seperti pada malam kelemahannya yang paling besar, dia menyangkal Gurunya. “Aku tidak tahu, apa yang engkau katakan. Aku tidak mengenal orang itu.” Begitu kata Petrus menjawab pertanyaan para penanyanya. Jawaban itu lahir dari rasa stres dan kebingungan, karena menurut pemikiran Petrus, Yesus tidak perlu menderita, Yesus tidak boleh menderita. Karena cintanya yang begitu besar kepada Yesus, dia tidak mau agar Yesus menderita.
Penyangkalan itu tidak menghancurkan cinta, kesetiaan dan imannya kepada sang Guru. Penyangkalan itu, malah melahirkan penyesalan dan penyesalan tersebut membuat Petrus lebih dalam mencintai Yesus, lebih setia menjadi rasul-Nya, utuh, kuat dan tergoyahkan imannya kepada Yesus. Semuanya itu Petrus buktikan dengan cara dia menjalani kematiannya: disalibkan dengan kepala ke bawah di Roma pada tanggal 29 Juni sekitar abad pertama. Dan apa yang terjadi pada Petrus, terjadi juga pada para rasul yang lain dalam sepak terjang mereka yang berbeda, namun bermura pada satu kesetiaan dan pengabdian, Yesus Kristus, Mesias dari Allah.
Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku Ini? Banyak orang memberikan jawaban yang berbeda dan konsisten dengan jawabannya, bahkan sampai akhir hidup mereka. Pater Damian memberikan jawaban dengan teladan hidupnya yang konkrit. Ia hidup dan selalu berada bersama para penderita penyakit kusta di Molokai, sebuah pulau di gugusan kepulauan Hawai, dan mati di sana. Muder Teressa, yang mengabdikan seluruh hidup dan cintanya kepada mereka yang terhempas, tercampak, terlantar, terbuang, yang terbelenggu oleh kemiskinan, penyakit dan aneka penderitaan lahir bathin di Calcuta, India. Uskup Agung San Salvador, Mgr. Oscar Arnulfo Romero yang berani secara frontal menantang rezim militer yang berkuasa di El Savador, membela umatnya yang menderita penindasan dan kekerasan. Dan adalah tidak berlebihan bila kita sebut juga Mgr. Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, mantan Uskup Dili, Timor Leste, yang berani keluar dari rumah “keong ketakutannya”, tidak terbungkuk-bungkuk di bawah rezim yang berkuasa dan mengumandangkan suara kenabiannya, membebaskan rakyat Timor Leste yang adalah umatnya sendiri, dari ketidakadilan, penindasan dan kekerasan. Dan masih ada banyak contoh yang lain tentunya.
Pertanyaan Yesus tersebut di atas ditujukan juga kepada kita pada hari ini. “Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku ini?” Bagaimana jawaban kita?
Kita semua tentu tahu bagaimana persisnya buah jambu air. Bila kita memperhatikan dengan cermat, kita akan menyadari bahwa bentuknya bagus, warnanya hijau kekuning-kuningan, kulitnya halus, mulus dan licin serta putih bersih isinya. Namun .... dan ini yang penting, TAWAR RASANYA.
Semoga hati kita tidak tawar terhadap situasi dan kondisi di sekitar kita dalam mengimplementasikan jawaban kita terhadap pertanyaan Yesus tersebut di atas: Menurut Kamu, Siapakah Aku ini? Amin.

Jumat, 01 April 2011

sabda Tuhan

Bacaan: Zak 12: 10-11; Gal 3: 26-29; Luk 9: 18-24
Tetapi apa katamu, siapakah AKU ini? Itulah pertanyaan yang ditujukan Yesus kepada para murid-Nya sebagaimana diungkapkan oleh Santo Lukas dalam Injil yang baru kita dengar.
Pertanyaan Yesus tadi, paliing kurang untuk kesempatan ini menghadirkan dua tanggapan. Pertama, membersitkan satu hal, krisis identitas Yesus, keraguan-Nya atas jati diri serta misi hidup-Nya. Yesus membutuhkan peneguhan dari para murid-Nya. Sesudah Petrus memberikan jawaban, “Engkaulah Mesias dari Allah”, sesudah Yesus memperoleh peneguhan itu, Dia lalu menegaskan bahwa Mesias harus menanggung banyak penderitaan. Kedua, (dan inilah yang menjadi pokok atau fokus dalam renungan kita), ialah pertanyaan Yesus itu sesunguhnya merupakan satu test bagi pemahaman dan penghayatan para murid tentang siapakah Yesus itu. Para murid harus menjawab pertanyaan tersebut bukan berdasarkan perkataan, atau tanggapan, atau pendapat orang lain, melainkan harus berlandaskan pemahaman dan penghayatan mereka sendiri.
Kalau dalam zaman sekarang, dapat dikatakan bahwa Yesus tidak membutuhkan suatu jawaban, misalnya berdasarkan pengetahuan akademik, buku, ajaran agama ataupun teologi; melainkan bersumber pada pemahaman dan penghayatan pribadi dalam integritasnya dengan seluruh pengalaman hidup seseorang dan bagaimana mengimplementasikan pemahaman dan penghayatan itu dalam kompleksitas hidup keseharian.
Adalah Petrus yang memberikan jawaban yang jitu dan tuntas. Jitu, karena tepat sasaran. Tuntas, karena menyentuh dan merangkul hakekat diri Yesus sebagai Mesias dari Allah yang harus menanggung banyak penderitaan demi keselamatan banyak orang. Jawaban itu atau pengakuan tersebut menjiwai seluruh sepak terjang perjalanan hidup Petrus, sekalipun pribadi Petrus penuh dengan kontradiksi. Seperti pada malam kelemahannya yang paling besar, dia menyangkal Gurunya. “Aku tidak tahu, apa yang engkau katakan. Aku tidak mengenal orang itu.” Begitu kata Petrus menjawab pertanyaan para penanyanya. Jawaban itu lahir dari rasa stres dan kebingungan, karena menurut pemikiran Petrus, Yesus tidak perlu menderita, Yesus tidak boleh menderita. Karena cintanya yang begitu besar kepada Yesus, dia tidak mau agar Yesus menderita.
Penyangkalan itu tidak menghancurkan cinta, kesetiaan dan imannya kepada sang Guru. Penyangkalan itu, malah melahirkan penyesalan dan penyesalan tersebut membuat Petrus lebih dalam mencintai Yesus, lebih setia menjadi rasul-Nya, utuh, kuat dan tergoyahkan imannya kepada Yesus. Semuanya itu Petrus buktikan dengan cara dia menjalani kematiannya: disalibkan dengan kepala ke bawah di Roma pada tanggal 29 Juni sekitar abad pertama. Dan apa yang terjadi pada Petrus, terjadi juga pada para rasul yang lain dalam sepak terjang mereka yang berbeda, namun bermura pada satu kesetiaan dan pengabdian, Yesus Kristus, Mesias dari Allah.
Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku Ini? Banyak orang memberikan jawaban yang berbeda dan konsisten dengan jawabannya, bahkan sampai akhir hidup mereka. Pater Damian memberikan jawaban dengan teladan hidupnya yang konkrit. Ia hidup dan selalu berada bersama para penderita penyakit kusta di Molokai, sebuah pulau di gugusan kepulauan Hawai, dan mati di sana. Muder Teressa, yang mengabdikan seluruh hidup dan cintanya kepada mereka yang terhempas, tercampak, terlantar, terbuang, yang terbelenggu oleh kemiskinan, penyakit dan aneka penderitaan lahir bathin di Calcuta, India. Uskup Agung San Salvador, Mgr. Oscar Arnulfo Romero yang berani secara frontal menantang rezim militer yang berkuasa di El Savador, membela umatnya yang menderita penindasan dan kekerasan. Dan adalah tidak berlebihan bila kita sebut juga Mgr. Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, mantan Uskup Dili, Timor Leste, yang berani keluar dari rumah “keong ketakutannya”, tidak terbungkuk-bungkuk di bawah rezim yang berkuasa dan mengumandangkan suara kenabiannya, membebaskan rakyat Timor Leste yang adalah umatnya sendiri, dari ketidakadilan, penindasan dan kekerasan. Dan masih ada banyak contoh yang lain tentunya.
Pertanyaan Yesus tersebut di atas ditujukan juga kepada kita pada hari ini. “Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku ini?” Bagaimana jawaban kita?
Kita semua tentu tahu bagaimana persisnya buah jambu air. Bila kita memperhatikan dengan cermat, kita akan menyadari bahwa bentuknya bagus, warnanya hijau kekuning-kuningan, kulitnya halus, mulus dan licin serta putih bersih isinya. Namun .... dan ini yang penting, TAWAR RASANYA.
Semoga hati kita tidak tawar terhadap situasi dan kondisi di sekitar kita dalam mengimplementasikan jawaban kita terhadap pertanyaan Yesus tersebut di atas: Menurut Kamu, Siapakah Aku ini? Amin.
Copyright @ 19 Juni 2010, by: P. P. Berkhmans Keytimu, SVD

.

Selamat Datang Dan Berkah Dalem Gereja Fransiskus Xaverius Gantang Sawangan Magelang http//:gerejagantangsawanganmagelang blokspot.com