Jumat, 27 Mei 2011

DISTORSI MATIUS 12: PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN

Matius menduga bahwa Yesus sering berbicara dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan, dengan masud untuk tetap menyembunyikan kebenaran dari mereka yang tidak pantas mengetahuinya. Orang-orang semacam ini bisa mendengar Yesus berbicara, tetapi mereka tidak akan pernah bisa memahami pesannya. Sebaliknya, murid-murid Yesus mampu memahami "rahasia-rahasia" ini, yang tersimpan dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus. Matius menganggap hal ini sebagai pemenuhan nubuat.1

Bersama mereka sesungguhnya terpenuhilah nubuat Yesaya yang mengatakan, "Engkau sesungguhnya akan mendengar, tetapi tidak pernah memahami, dan engkau sesungguhnya akan melihat, tetapi tidak pernah mencerap. Karena hati orang-orang ini telah menjadi tumpul, dan telinga mereka sulit untuk mendengar, dan mereka telah menutup mata mereka; demikianlah mereka tidak mungkin melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, serta memahami dengan hati dan bakat mereka - dan aku akan menyembuhkan mereka". Tetapi diberkatilah matamu, karena mereka melihat, dan telingamu, karena mereka mendengar..2



JAWAB :


* Matius 13:10-17 (Lihat Matkus 4:10-12 & Lukas 8:9-10)
13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
13:15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.


Kontras antara benih yang berbuah dan benih-benih yang sia-sia dilanjutkan dengan penjelasan mengenai mengapa Yesus mempergunakan perumpamaan sebagai alat pengajar. Para muird ingin mengetahui mengapa Ia mengajar perumpamaan-perumpamaan jika Ia dapat menggunakan cara bicara yang sederhana dan langsung (ayat 10). Menjawab pertanyaan mereka, Yesus mengatakan bahwa karunia untuk mengetahui diberikan kepada para murid tetapi tidak kepada orang lain (ayat 11-12) dan bahwa para murid dianugerahi kemampuan untuk melihat dan mendengar secara khusus (ayat 16-17). karena orang lain gagal mengetahui dan mendengar pengajaran Yesus yang jelas tentang Kerajan, maka Ia menggunakan cara pengajaran dalam bentuk perumpamaan (ayat 13). ketidakmampuan secara umum untuk memahami ajaran Yesus dijelaskan pada ayat 14-15 sebagai pemenuhan Yesaya 6:9-10. Bandingkan dengan Yohanes 12:39-41; Kisah 28:26-27. Jangan dikira bahwa perumpamaan-perumpamaan itu untuk menghalangi orang percaya, yakni orang-orang yang akan percaya kalau perumpamaan tidak dipakai; tetapi perumpamaan itu membuat hati yang mulai bandel menjadi makin bandel (bandingkan Yohanes 9:39; Yohanes 3:17-19). Pendapat bahwa ini berarti mereka melihat perumpamaan-perumpamaan itu tapi tidak melihat kebenaran, dan karenanya perumpamaan adalah cara pengabaran Injil dengan ilustrasi-ilustrasi yang dengan jelas menunjukkan persoalan moral. Betapa lebih dan beruntungnya murid-murid dibandingkan dengan orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama (bandingkan Ibrani 11:39-40).

Haleluyah!



Quote:
Di sini Matius menggunakan terjemahan Yesaya dari Septuaginta berbahasa Yunani..3 Pernyataan Yesaya sebenarnya adalah sebagai berikut.



JAWAB :


Jika menuduh Matius hanya berpegang kepada SEPTUAGINTA, penjelasan-penjelasan sebelumnya, saya selalu memakai TANAKH IBRANI kemudian dilinearkan dengan Matius, dan terbukti tuduhan-tuduhan diatas tidak berdasar.
Penulis berusaha menempatkan bahwa SEPTUAGINTA bukan sumber yang benar hanya karena menggunakan bahasa Yunani. Dan penulis diatas berusaha memberitahukan bahwa Matius "tidak mahir bahasa Ibrani". Tetapi pada penjelasan saya sebelumnya juga sudah menjelaskan bahwa Matius adalah seorang Yahudi yang bernama Lewi bin Alfeus (Markus 2:14).

Matius adalah salah satu murid Yesus. Matius adalah nama Yunaninya dan Lewi adalah nama Ibraninya. Sebagai pemungut cukai, Matius bekerja pada orang Romawi yang berbicara bahasa Latin & Yunani. Ia mengumpulkan pajak dari orang Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani/Aram. Sebagai contoh lain, kita bisa melihat bahwa Petrus juga sering dipanggil Simon (Matius 16:16)

Septuaginta, yaitu terjemahan hanya Perjanjian Lama saja dalam bahasa Yunani. Terjemahan itu dibuat di Alexandria (Mesir) kira-kira tahun 285 S.M. Orang Yahudi yang tinggal di Yunani membutuhkan terjemahan dari Alkitab. Para kaum terpelajar pertama-tama menerjemahkan Hukum Taurat. Menurut tradisi, 70 (atau 72) kaum terpelajar Yahudi yang bekerja di Alexandria, Mesir menerjemahkan seluruh Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini dikenal dengan Septuaginta, yang diambil dari bahasa Latin berarti tujuh puluh. Jadi Septuaginta sudah beredar, sebelum era Kekristenan (286SM!). Dan penerjemahannya dilakukan oleh kalangan Yahudi penganut Yudaisme. Jadi seandainya Septuaginta itu dituduh sebagai "Kitab buatan Kristen" maka pendapat itu tidak benar.

Bahasa Yunani adalah bahasa internasional kala itu. Ini terjadi karena adanya perluasan jajahan dan pengembangan kebudayaan yang dilakukan oleh Aleksander Agung, maka bahasa Yunani berakar kuat di daerah Timur Dekat dan wilayah Laut Tengah yaitu mulai abad ke-4 sebelum Masehi.

Sedangkan dalam era Yesus Kristus, dengan adanya penjajahan Romawi, mengakibatkan adanya empat bahasa sbb:

[1] bahasa Ibrani merupakan bahasa liturgis, digunakan untuk membaca Torah, dan sebagainya, tidak digunakan sebagai bahasa sehari-hari, dikenal sebagai bahasa Ibrani Misyna karena adanya campur tangan para ahli Taurat menyusun Talmud;

[2] bahasa Aram, digunakan oleh orang Yahudi lokal sebagai bahasa sehari-hari;

[3] bahasa Yunani, digunakan oleh orang Yahudi pendatang sebagai bahasa pergaulan di Timur Dekat; pada umumnya Yahudi pendatang berbahasa Yunani ini mengunjungi Yerusalem dalam rangka transaksi bisnis dan ziarah ke Bait Allah; dan

[4] bahasa Latin, bahasa kaum penjajah yang digunakan oleh orang-orang Romawi yang menjajah Israel sejak tahun 63 sebelum Masehi.

Bahasa Yunani (koine Yunani) adalah bahasa kaum pedagang/terpelajar sejak penguasaan Alexander Agung. Sebagian besar dari orang Kristen mula-mula berbicara bahasa Yunani, dan karena itu gereja mula-mula menggunakan Tanakh Ibrani & Septuaginta yang merupakan terjemahan Perjanjian Lama. Namun kebutuhan untuk terjemahan Alkitab lainnya meningkat saat pemeluk Kristiani menyebar ke Syria dan ke negara berbahasa Latin. Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Syriac dan Latin sekitar tahun 100 M.


Pertanyaannya, apakah menjadi masalah ketika seorang percaya menggunakan Alkitab (PL/PB) terjemahan?

Walaupun Alkitab dalam bahasa asli ditulis dalam Bahasa Ibrani (Hebrew) dan Bahasa Yunani (Greek). Tetapi Tuhan Allah tidak berbicara dalam bahasa Ibrani atau Yunani saja, karena Allah adalah untuk semua bangsa yang bermacam-macam bahasanya.
Christianity is all about hubungan intim dengan Tuhan, dalam berbagai bahasa, baik Indonesia, Inggris, Arab, Jawa dst, makanya Alkitab (yg adalah Firman Allah) juga harus dibuat tersedia dalam berbagai bahasa, seperti juga Tuhan mengungkapkan dirinya dalam berbagai bahasa.

Seorang Kristiani tidak perlu mampu menguasai suatu bahasa khusus (not Hebrew, not Greek, not Latin) untuk dia mampu bercakap2 dengan Tuhan. Karena tidak semua orang mampu memahami bahasa asli Alkitab dan berita keselamatan lebih effektif disampaikan lewat bahasa yang bersangkutan, namun bagi yang ingin belajar bahasa asli Alkitab -- terutama kalangan cerdik-pandai -- tentu saja kesempatan untuk itu tetap tersedia.
Dan selalu ada kesempatan bagi setiap kalangan yang ingin mempelajari Alkitab dalam bahasa Asli.


Quote:
Kemudian aku mendengar suara Tuhan bersabda, "Siapa yang akan aku utus, dan siapa yang akan menghampiri kami?" Dan aku berkata, "Inilah aku: utuslah aku!" Dan ia bersabda, "Pergilan dan katakan pada orang-orang ini, Teruslah mendengarkan, tetapi jangan memahami; tetaplah melihat, tetapi tidak mengerti". Buatlah pikiran mereka tumpul, dan hentikanlah pendengaran mereka, tutuplah mata mereka, sehingga mreka tidak mungkin melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, serta memahami dengan pikiran dan bakat mereka, kemudian mereka akan disembuhkan."4

Berbagai perbedaan antara kutipan dari Yesaya di atas dan terjemahan Matius atas pernyataan ini bisa dinisbahkan kepada Matius yang menggunakan versi Yesaya dari Septuaginta berbahasa Yunani, alih-alih teks Yesaya yang berbahasa Ibrani. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sandaran Matius pada Septuaginta berbahasa Yunani merupakan bukti yang kuat bahwa penyusun Matius bukanlah salah seorang murid Yesus, bahkan juga bukan seorang Yahudi dari Palestina. Namun, penyusun Matius harus dilihat sebagai seorang Yahudi yang terhellenisasi atau orang Kristen non-Yahudi, yang hidup di Pengungsian (mungkin di Suriah).

Akan tetapi, penggunaan Septuaginta berbahasa Yunani bukanlah persoalan yang sebenarnya dalam terjemahan Yesaya Matius. Persoalan sebenarnya adalah bahwa Matius berusaha memilih kata-kata Yesaya menjadi sebuah nubuat datangnya seorang Juru Selamat. Dengan sekali lagi mengeluarkan satu ayat tersebut dari konteks yang sebenarnya. Dengan menghapus bagian awal ayat Yesaya, dimana Yesaya konon secara suka-rela menyampaikan pesan dari Allah, Matius menyembunyikan fakta bahwa pesan Yesaya itu sebenarnya membicarakan tentang diutusnya Yesaya sebagai seorang nabi Allah.5 Pesan ini jelas mengidentifikasi Yesaya sebagai seorang rasul yang dibicarakan, dan dengan jelas mengidentifikasi peristiwa-pwristiwa yang telah digenapi selama masa hidup Yesaya. Sekali lagi, bualan Matius mengenai pemenuhan nubuat gagal mencapai sasaran. Sekali lagi, dalam pengujian atas beberapa ayat Perjanjian Lama di atas mengungkapkan bahwa Matius telah menyobek kain dari ayat Perjanjian Lama dengan berusaha membentangkannya agar sesuai dengan kehidupan dan kerasulan Yesus. sumber artike.http://www.sarapanpagi.org

Minggu, 01 Mei 2011

NOVENA TIGA SALAMARIA




Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalma kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.

Baik keluhuran Tuhan, penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar sesuai dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku moho, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.

Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St.Mechtildis yang kau bertahukan tentang kebaikan doa "Tiga Salam Maria", yang sangat besar manfaatnya itu.

(Salam Maria........3x)

Perawan Suci yang disebut Tahta Kebijaksanaan, karena Sabda Allah tinggal padamu, engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya.

Engkau tahu betapa besar kesulitan yang kuhadapin ini, betapa besar pengharapanku akan pertolonganmu. Dengan penuh kepercayaan akan tingginya kebijaksanaanmu, aku menyerahkan diri seutuhnya kepadamu, supaya engkau dapat mengatur dengan segala kesanggupan dan kebaikan budi, demi keluhuran Tuhan dan keselamatan jiwaku. Sudilah kiranya Bunda dapat menolong dengan segala cara yang paling tepat untuk terkabulnya permohonanku ini.

O Maria, Bunda Kebijaksanaan Ilahi, sudilah kiranya Bunda berkenan mengabulkan permohonanku yang mendesak ini. Aku memohon berdasarkan atas kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu.

Bersama dengan St. Antonius dari Padua dan St. Leonardus dari Porto Mauritio, yang rajin mewartakan tentang devosi "Tiga Salam Maria" aku berdoa untuk menghormati kebijaksanaanmu yang tiada taranya itu

(Salam Maria........3x)

O Bunda yang baik dan lembut hati, Bunda Kerahiman Sejati yang akhir-akhir ini disebut sebagai "Bunda yang penuh belas kasih", aku datang padamu, memohon dengan sangat, sudilah kiranya Bunda memperlihatkan belas kasihmu kepadaku. Makin besar kepapaanku, makin besar pula belas kasihmu kepadaku.

Aku tahu, bahwa aku tidak pantas mendapat karunia itu. Sebab seringkali aku menyedihkan hatimu dengan menghina Puteramu yang kudus itu. Betapapun besarnya kesalahanku, namun aku sangat menyesal telah melukai Hati Kudus Yesus dan hatikudusmu.

Engkau memperkenalkan diri sebagai "Bunda para pendosa yang bertobat" kepada St. Brigita, maka ampunilah kiranya segala kurang rasa terima kasihku padamu. Ingatlah akan keluhuran Puteramu saja serta kerahiman dan kebaikan hatimu yang terpancar dengan mengabulkan permohonanku ini melalui perantaraan Puteramu.

O Bunda, Perawan yang penuh kebaikan serta lembut dan manis, belum pernah ada orang yang datang padamu dan memohon pertolongamu engkau biarkan begitu saja. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku berharap dengan sangat, agar aku dianugerahi Roh Kudus. Dan demi keluhuranmu, bersama St. Alfonsus Ligouri, rasul kerahimanmu serta pengajar devosi "Tiga Salam Maria", aku berdoa untuk menghormati kerahimanmu dan kebaikanmu.

(Salam Maria........3x)

Kamis, 21 April 2011

Relikui Don Bosco ada di Jakarta, 7-12 Maret


Relikui Santo Yohanes Bosco akan tiba di tanah air pada hari Senin, 7 Maret setelah dua minggu lebih berada di Timor Leste. Relikui tersebut akan berada di Indonesia hingga 12 Maret.

Kunjungan relikui santo pencinta orang muda ini merupakan peristiwa istimewa yang patut disyukuri oleh umat Katolik Indonesia.

Dalam keterangannya, 2 Maret, Pastor Boedirahardjo Soerjonoto SDB, Delegatus SDB di Indonesia, menyampaikan rincian acara selama relikui berada di Jakarta.

Pada 7 Maret malam hari relikui akan tiba di bandar udara Soekarno Hatta Jakarta dari Dili, Timor Leste. Sebelumnya direncanakan, relikui akan tiba di lapangan terbang Halim Perdana Kusuma. Setelahnya akan langsung dibawa dan disemayamkan di Wisma Salesian Don Bosco di Sunter Jaya, Jakarta Utara.

Pada 8 Maret sejak pagi hingga sore hari, para pastor, bruder dan kooperator (ordo ketiga) SDB mengadakan kegiatan internal berupa rekoleksi dengan pembicara utama Pastor Jose Carbonell SDB.

Rekoleksi mengambil tema Return to Don Bosco. Sore harinya, relikui akan dibawa ke Gereja Santo Yohanes Bosco, Danau Sunter, Jakarta Utara. Setibanya di gereja ini, diadakan ibadat singkat dipimpin oleh Pastor Kepala Paroki. Setelahnya umat akan diberi kesempatan untuk memberi penghormatan hingga tengah malam (tuguran).

Pada 9 - 11 Maret, pagi hari pukul 09.00, diselenggarakan Misa khusus bagi kaum muda dan siswa. Malam harinya, pukul 19.00, Misa untuk umum dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta ( 9/3), Uskup Purwokerto (10/3) dan Uskup Surabaya (11/3). Misa pagi hari jam 06.00 berjalan seperti biasa.

Pada 12 Maret pagi hari, relikui akan diterbangkan menuju China dari bandar udara Soekarno Hatta, Jakarta.

Pastor Boedirahardjo mengundang umat Katolik untuk dapat hadir dalam peristiwa dan kegiatan istimewa ini.

Menurut beliau, akan juga diadakan beberapa acara diantaranya pemutaran film berjudul “Saint John Bosco Mission to Love”.

Perjalanan relikui ke 130 negara merupakan bagian dari peringatan 150 tahun kehadiran Tarekat Salesian Don Bosco (1859-2009) di dunia dan 200 tahun kelahiran Santo Yohanes Bosco (1815-2015).

Penyambutan ‘Urna Relikui’ (urna=peti kaca) Santo Yohanes Bosco di setiap negara yang dikunjungi selalu meriah.

Di Timor Leste, Presiden Jose Ramos Horta, PM Xanana Gusmao, dan pejabat tinggi lainnya turut menyambut kedatangan Don Bosco pada 18 Februari di Dili, bersama ribuan umat Katolik lainnya. Di sana mereka menyanyi Viva Don Bosco.

sumber artikel cc.http://www.cathnewsindonesia.com

Senin, 11 April 2011

sabda Tuhan sabda kebenaran
tak berubah sampai ahir jaman
sabda Tuhan itu sabda cinta
sabda damai bagi manusia
tanpa Yesus kita orang miskin
tanpa Yesus hati kita dingin
dengan yesus kita amat kaya
hati kita kan ber sukaria

Minggu, 10 April 2011

MENURUTMU, SIAPAKAH AKU INI?


Bacaan: Zak 12: 10-11; Gal 3: 26-29; Luk 9: 18-24
Tetapi apa katamu, siapakah AKU ini? Itulah pertanyaan yang ditujukan Yesus kepada para murid-Nya sebagaimana diungkapkan oleh Santo Lukas dalam Injil yang baru kita dengar.
Pertanyaan Yesus tadi, paliing kurang untuk kesempatan ini menghadirkan dua tanggapan. Pertama, membersitkan satu hal, krisis identitas Yesus, keraguan-Nya atas jati diri serta misi hidup-Nya. Yesus membutuhkan peneguhan dari para murid-Nya. Sesudah Petrus memberikan jawaban, “Engkaulah Mesias dari Allah”, sesudah Yesus memperoleh peneguhan itu, Dia lalu menegaskan bahwa Mesias harus menanggung banyak penderitaan. Kedua, (dan inilah yang menjadi pokok atau fokus dalam renungan kita), ialah pertanyaan Yesus itu sesunguhnya merupakan satu test bagi pemahaman dan penghayatan para murid tentang siapakah Yesus itu. Para murid harus menjawab pertanyaan tersebut bukan berdasarkan perkataan, atau tanggapan, atau pendapat orang lain, melainkan harus berlandaskan pemahaman dan penghayatan mereka sendiri.
Kalau dalam zaman sekarang, dapat dikatakan bahwa Yesus tidak membutuhkan suatu jawaban, misalnya berdasarkan pengetahuan akademik, buku, ajaran agama ataupun teologi; melainkan bersumber pada pemahaman dan penghayatan pribadi dalam integritasnya dengan seluruh pengalaman hidup seseorang dan bagaimana mengimplementasikan pemahaman dan penghayatan itu dalam kompleksitas hidup keseharian.
Adalah Petrus yang memberikan jawaban yang jitu dan tuntas. Jitu, karena tepat sasaran. Tuntas, karena menyentuh dan merangkul hakekat diri Yesus sebagai Mesias dari Allah yang harus menanggung banyak penderitaan demi keselamatan banyak orang. Jawaban itu atau pengakuan tersebut menjiwai seluruh sepak terjang perjalanan hidup Petrus, sekalipun pribadi Petrus penuh dengan kontradiksi. Seperti pada malam kelemahannya yang paling besar, dia menyangkal Gurunya. “Aku tidak tahu, apa yang engkau katakan. Aku tidak mengenal orang itu.” Begitu kata Petrus menjawab pertanyaan para penanyanya. Jawaban itu lahir dari rasa stres dan kebingungan, karena menurut pemikiran Petrus, Yesus tidak perlu menderita, Yesus tidak boleh menderita. Karena cintanya yang begitu besar kepada Yesus, dia tidak mau agar Yesus menderita.
Penyangkalan itu tidak menghancurkan cinta, kesetiaan dan imannya kepada sang Guru. Penyangkalan itu, malah melahirkan penyesalan dan penyesalan tersebut membuat Petrus lebih dalam mencintai Yesus, lebih setia menjadi rasul-Nya, utuh, kuat dan tergoyahkan imannya kepada Yesus. Semuanya itu Petrus buktikan dengan cara dia menjalani kematiannya: disalibkan dengan kepala ke bawah di Roma pada tanggal 29 Juni sekitar abad pertama. Dan apa yang terjadi pada Petrus, terjadi juga pada para rasul yang lain dalam sepak terjang mereka yang berbeda, namun bermura pada satu kesetiaan dan pengabdian, Yesus Kristus, Mesias dari Allah.
Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku Ini? Banyak orang memberikan jawaban yang berbeda dan konsisten dengan jawabannya, bahkan sampai akhir hidup mereka. Pater Damian memberikan jawaban dengan teladan hidupnya yang konkrit. Ia hidup dan selalu berada bersama para penderita penyakit kusta di Molokai, sebuah pulau di gugusan kepulauan Hawai, dan mati di sana. Muder Teressa, yang mengabdikan seluruh hidup dan cintanya kepada mereka yang terhempas, tercampak, terlantar, terbuang, yang terbelenggu oleh kemiskinan, penyakit dan aneka penderitaan lahir bathin di Calcuta, India. Uskup Agung San Salvador, Mgr. Oscar Arnulfo Romero yang berani secara frontal menantang rezim militer yang berkuasa di El Savador, membela umatnya yang menderita penindasan dan kekerasan. Dan adalah tidak berlebihan bila kita sebut juga Mgr. Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, mantan Uskup Dili, Timor Leste, yang berani keluar dari rumah “keong ketakutannya”, tidak terbungkuk-bungkuk di bawah rezim yang berkuasa dan mengumandangkan suara kenabiannya, membebaskan rakyat Timor Leste yang adalah umatnya sendiri, dari ketidakadilan, penindasan dan kekerasan. Dan masih ada banyak contoh yang lain tentunya.
Pertanyaan Yesus tersebut di atas ditujukan juga kepada kita pada hari ini. “Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku ini?” Bagaimana jawaban kita?
Kita semua tentu tahu bagaimana persisnya buah jambu air. Bila kita memperhatikan dengan cermat, kita akan menyadari bahwa bentuknya bagus, warnanya hijau kekuning-kuningan, kulitnya halus, mulus dan licin serta putih bersih isinya. Namun .... dan ini yang penting, TAWAR RASANYA.
Semoga hati kita tidak tawar terhadap situasi dan kondisi di sekitar kita dalam mengimplementasikan jawaban kita terhadap pertanyaan Yesus tersebut di atas: Menurut Kamu, Siapakah Aku ini? Amin.

Jumat, 01 April 2011

sabda Tuhan

Bacaan: Zak 12: 10-11; Gal 3: 26-29; Luk 9: 18-24
Tetapi apa katamu, siapakah AKU ini? Itulah pertanyaan yang ditujukan Yesus kepada para murid-Nya sebagaimana diungkapkan oleh Santo Lukas dalam Injil yang baru kita dengar.
Pertanyaan Yesus tadi, paliing kurang untuk kesempatan ini menghadirkan dua tanggapan. Pertama, membersitkan satu hal, krisis identitas Yesus, keraguan-Nya atas jati diri serta misi hidup-Nya. Yesus membutuhkan peneguhan dari para murid-Nya. Sesudah Petrus memberikan jawaban, “Engkaulah Mesias dari Allah”, sesudah Yesus memperoleh peneguhan itu, Dia lalu menegaskan bahwa Mesias harus menanggung banyak penderitaan. Kedua, (dan inilah yang menjadi pokok atau fokus dalam renungan kita), ialah pertanyaan Yesus itu sesunguhnya merupakan satu test bagi pemahaman dan penghayatan para murid tentang siapakah Yesus itu. Para murid harus menjawab pertanyaan tersebut bukan berdasarkan perkataan, atau tanggapan, atau pendapat orang lain, melainkan harus berlandaskan pemahaman dan penghayatan mereka sendiri.
Kalau dalam zaman sekarang, dapat dikatakan bahwa Yesus tidak membutuhkan suatu jawaban, misalnya berdasarkan pengetahuan akademik, buku, ajaran agama ataupun teologi; melainkan bersumber pada pemahaman dan penghayatan pribadi dalam integritasnya dengan seluruh pengalaman hidup seseorang dan bagaimana mengimplementasikan pemahaman dan penghayatan itu dalam kompleksitas hidup keseharian.
Adalah Petrus yang memberikan jawaban yang jitu dan tuntas. Jitu, karena tepat sasaran. Tuntas, karena menyentuh dan merangkul hakekat diri Yesus sebagai Mesias dari Allah yang harus menanggung banyak penderitaan demi keselamatan banyak orang. Jawaban itu atau pengakuan tersebut menjiwai seluruh sepak terjang perjalanan hidup Petrus, sekalipun pribadi Petrus penuh dengan kontradiksi. Seperti pada malam kelemahannya yang paling besar, dia menyangkal Gurunya. “Aku tidak tahu, apa yang engkau katakan. Aku tidak mengenal orang itu.” Begitu kata Petrus menjawab pertanyaan para penanyanya. Jawaban itu lahir dari rasa stres dan kebingungan, karena menurut pemikiran Petrus, Yesus tidak perlu menderita, Yesus tidak boleh menderita. Karena cintanya yang begitu besar kepada Yesus, dia tidak mau agar Yesus menderita.
Penyangkalan itu tidak menghancurkan cinta, kesetiaan dan imannya kepada sang Guru. Penyangkalan itu, malah melahirkan penyesalan dan penyesalan tersebut membuat Petrus lebih dalam mencintai Yesus, lebih setia menjadi rasul-Nya, utuh, kuat dan tergoyahkan imannya kepada Yesus. Semuanya itu Petrus buktikan dengan cara dia menjalani kematiannya: disalibkan dengan kepala ke bawah di Roma pada tanggal 29 Juni sekitar abad pertama. Dan apa yang terjadi pada Petrus, terjadi juga pada para rasul yang lain dalam sepak terjang mereka yang berbeda, namun bermura pada satu kesetiaan dan pengabdian, Yesus Kristus, Mesias dari Allah.
Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku Ini? Banyak orang memberikan jawaban yang berbeda dan konsisten dengan jawabannya, bahkan sampai akhir hidup mereka. Pater Damian memberikan jawaban dengan teladan hidupnya yang konkrit. Ia hidup dan selalu berada bersama para penderita penyakit kusta di Molokai, sebuah pulau di gugusan kepulauan Hawai, dan mati di sana. Muder Teressa, yang mengabdikan seluruh hidup dan cintanya kepada mereka yang terhempas, tercampak, terlantar, terbuang, yang terbelenggu oleh kemiskinan, penyakit dan aneka penderitaan lahir bathin di Calcuta, India. Uskup Agung San Salvador, Mgr. Oscar Arnulfo Romero yang berani secara frontal menantang rezim militer yang berkuasa di El Savador, membela umatnya yang menderita penindasan dan kekerasan. Dan adalah tidak berlebihan bila kita sebut juga Mgr. Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, mantan Uskup Dili, Timor Leste, yang berani keluar dari rumah “keong ketakutannya”, tidak terbungkuk-bungkuk di bawah rezim yang berkuasa dan mengumandangkan suara kenabiannya, membebaskan rakyat Timor Leste yang adalah umatnya sendiri, dari ketidakadilan, penindasan dan kekerasan. Dan masih ada banyak contoh yang lain tentunya.
Pertanyaan Yesus tersebut di atas ditujukan juga kepada kita pada hari ini. “Tetapi, apa katamu, Siapakah Aku ini?” Bagaimana jawaban kita?
Kita semua tentu tahu bagaimana persisnya buah jambu air. Bila kita memperhatikan dengan cermat, kita akan menyadari bahwa bentuknya bagus, warnanya hijau kekuning-kuningan, kulitnya halus, mulus dan licin serta putih bersih isinya. Namun .... dan ini yang penting, TAWAR RASANYA.
Semoga hati kita tidak tawar terhadap situasi dan kondisi di sekitar kita dalam mengimplementasikan jawaban kita terhadap pertanyaan Yesus tersebut di atas: Menurut Kamu, Siapakah Aku ini? Amin.
Copyright @ 19 Juni 2010, by: P. P. Berkhmans Keytimu, SVD

.

Selamat Datang Dan Berkah Dalem Gereja Fransiskus Xaverius Gantang Sawangan Magelang http//:gerejagantangsawanganmagelang blokspot.com