Jumat, 27 Mei 2011

DISTORSI MATIUS 12: PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN

Matius menduga bahwa Yesus sering berbicara dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan, dengan masud untuk tetap menyembunyikan kebenaran dari mereka yang tidak pantas mengetahuinya. Orang-orang semacam ini bisa mendengar Yesus berbicara, tetapi mereka tidak akan pernah bisa memahami pesannya. Sebaliknya, murid-murid Yesus mampu memahami "rahasia-rahasia" ini, yang tersimpan dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus. Matius menganggap hal ini sebagai pemenuhan nubuat.1

Bersama mereka sesungguhnya terpenuhilah nubuat Yesaya yang mengatakan, "Engkau sesungguhnya akan mendengar, tetapi tidak pernah memahami, dan engkau sesungguhnya akan melihat, tetapi tidak pernah mencerap. Karena hati orang-orang ini telah menjadi tumpul, dan telinga mereka sulit untuk mendengar, dan mereka telah menutup mata mereka; demikianlah mereka tidak mungkin melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, serta memahami dengan hati dan bakat mereka - dan aku akan menyembuhkan mereka". Tetapi diberkatilah matamu, karena mereka melihat, dan telingamu, karena mereka mendengar..2



JAWAB :


* Matius 13:10-17 (Lihat Matkus 4:10-12 & Lukas 8:9-10)
13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
13:15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.


Kontras antara benih yang berbuah dan benih-benih yang sia-sia dilanjutkan dengan penjelasan mengenai mengapa Yesus mempergunakan perumpamaan sebagai alat pengajar. Para muird ingin mengetahui mengapa Ia mengajar perumpamaan-perumpamaan jika Ia dapat menggunakan cara bicara yang sederhana dan langsung (ayat 10). Menjawab pertanyaan mereka, Yesus mengatakan bahwa karunia untuk mengetahui diberikan kepada para murid tetapi tidak kepada orang lain (ayat 11-12) dan bahwa para murid dianugerahi kemampuan untuk melihat dan mendengar secara khusus (ayat 16-17). karena orang lain gagal mengetahui dan mendengar pengajaran Yesus yang jelas tentang Kerajan, maka Ia menggunakan cara pengajaran dalam bentuk perumpamaan (ayat 13). ketidakmampuan secara umum untuk memahami ajaran Yesus dijelaskan pada ayat 14-15 sebagai pemenuhan Yesaya 6:9-10. Bandingkan dengan Yohanes 12:39-41; Kisah 28:26-27. Jangan dikira bahwa perumpamaan-perumpamaan itu untuk menghalangi orang percaya, yakni orang-orang yang akan percaya kalau perumpamaan tidak dipakai; tetapi perumpamaan itu membuat hati yang mulai bandel menjadi makin bandel (bandingkan Yohanes 9:39; Yohanes 3:17-19). Pendapat bahwa ini berarti mereka melihat perumpamaan-perumpamaan itu tapi tidak melihat kebenaran, dan karenanya perumpamaan adalah cara pengabaran Injil dengan ilustrasi-ilustrasi yang dengan jelas menunjukkan persoalan moral. Betapa lebih dan beruntungnya murid-murid dibandingkan dengan orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama (bandingkan Ibrani 11:39-40).

Haleluyah!



Quote:
Di sini Matius menggunakan terjemahan Yesaya dari Septuaginta berbahasa Yunani..3 Pernyataan Yesaya sebenarnya adalah sebagai berikut.



JAWAB :


Jika menuduh Matius hanya berpegang kepada SEPTUAGINTA, penjelasan-penjelasan sebelumnya, saya selalu memakai TANAKH IBRANI kemudian dilinearkan dengan Matius, dan terbukti tuduhan-tuduhan diatas tidak berdasar.
Penulis berusaha menempatkan bahwa SEPTUAGINTA bukan sumber yang benar hanya karena menggunakan bahasa Yunani. Dan penulis diatas berusaha memberitahukan bahwa Matius "tidak mahir bahasa Ibrani". Tetapi pada penjelasan saya sebelumnya juga sudah menjelaskan bahwa Matius adalah seorang Yahudi yang bernama Lewi bin Alfeus (Markus 2:14).

Matius adalah salah satu murid Yesus. Matius adalah nama Yunaninya dan Lewi adalah nama Ibraninya. Sebagai pemungut cukai, Matius bekerja pada orang Romawi yang berbicara bahasa Latin & Yunani. Ia mengumpulkan pajak dari orang Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani/Aram. Sebagai contoh lain, kita bisa melihat bahwa Petrus juga sering dipanggil Simon (Matius 16:16)

Septuaginta, yaitu terjemahan hanya Perjanjian Lama saja dalam bahasa Yunani. Terjemahan itu dibuat di Alexandria (Mesir) kira-kira tahun 285 S.M. Orang Yahudi yang tinggal di Yunani membutuhkan terjemahan dari Alkitab. Para kaum terpelajar pertama-tama menerjemahkan Hukum Taurat. Menurut tradisi, 70 (atau 72) kaum terpelajar Yahudi yang bekerja di Alexandria, Mesir menerjemahkan seluruh Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini dikenal dengan Septuaginta, yang diambil dari bahasa Latin berarti tujuh puluh. Jadi Septuaginta sudah beredar, sebelum era Kekristenan (286SM!). Dan penerjemahannya dilakukan oleh kalangan Yahudi penganut Yudaisme. Jadi seandainya Septuaginta itu dituduh sebagai "Kitab buatan Kristen" maka pendapat itu tidak benar.

Bahasa Yunani adalah bahasa internasional kala itu. Ini terjadi karena adanya perluasan jajahan dan pengembangan kebudayaan yang dilakukan oleh Aleksander Agung, maka bahasa Yunani berakar kuat di daerah Timur Dekat dan wilayah Laut Tengah yaitu mulai abad ke-4 sebelum Masehi.

Sedangkan dalam era Yesus Kristus, dengan adanya penjajahan Romawi, mengakibatkan adanya empat bahasa sbb:

[1] bahasa Ibrani merupakan bahasa liturgis, digunakan untuk membaca Torah, dan sebagainya, tidak digunakan sebagai bahasa sehari-hari, dikenal sebagai bahasa Ibrani Misyna karena adanya campur tangan para ahli Taurat menyusun Talmud;

[2] bahasa Aram, digunakan oleh orang Yahudi lokal sebagai bahasa sehari-hari;

[3] bahasa Yunani, digunakan oleh orang Yahudi pendatang sebagai bahasa pergaulan di Timur Dekat; pada umumnya Yahudi pendatang berbahasa Yunani ini mengunjungi Yerusalem dalam rangka transaksi bisnis dan ziarah ke Bait Allah; dan

[4] bahasa Latin, bahasa kaum penjajah yang digunakan oleh orang-orang Romawi yang menjajah Israel sejak tahun 63 sebelum Masehi.

Bahasa Yunani (koine Yunani) adalah bahasa kaum pedagang/terpelajar sejak penguasaan Alexander Agung. Sebagian besar dari orang Kristen mula-mula berbicara bahasa Yunani, dan karena itu gereja mula-mula menggunakan Tanakh Ibrani & Septuaginta yang merupakan terjemahan Perjanjian Lama. Namun kebutuhan untuk terjemahan Alkitab lainnya meningkat saat pemeluk Kristiani menyebar ke Syria dan ke negara berbahasa Latin. Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Syriac dan Latin sekitar tahun 100 M.


Pertanyaannya, apakah menjadi masalah ketika seorang percaya menggunakan Alkitab (PL/PB) terjemahan?

Walaupun Alkitab dalam bahasa asli ditulis dalam Bahasa Ibrani (Hebrew) dan Bahasa Yunani (Greek). Tetapi Tuhan Allah tidak berbicara dalam bahasa Ibrani atau Yunani saja, karena Allah adalah untuk semua bangsa yang bermacam-macam bahasanya.
Christianity is all about hubungan intim dengan Tuhan, dalam berbagai bahasa, baik Indonesia, Inggris, Arab, Jawa dst, makanya Alkitab (yg adalah Firman Allah) juga harus dibuat tersedia dalam berbagai bahasa, seperti juga Tuhan mengungkapkan dirinya dalam berbagai bahasa.

Seorang Kristiani tidak perlu mampu menguasai suatu bahasa khusus (not Hebrew, not Greek, not Latin) untuk dia mampu bercakap2 dengan Tuhan. Karena tidak semua orang mampu memahami bahasa asli Alkitab dan berita keselamatan lebih effektif disampaikan lewat bahasa yang bersangkutan, namun bagi yang ingin belajar bahasa asli Alkitab -- terutama kalangan cerdik-pandai -- tentu saja kesempatan untuk itu tetap tersedia.
Dan selalu ada kesempatan bagi setiap kalangan yang ingin mempelajari Alkitab dalam bahasa Asli.


Quote:
Kemudian aku mendengar suara Tuhan bersabda, "Siapa yang akan aku utus, dan siapa yang akan menghampiri kami?" Dan aku berkata, "Inilah aku: utuslah aku!" Dan ia bersabda, "Pergilan dan katakan pada orang-orang ini, Teruslah mendengarkan, tetapi jangan memahami; tetaplah melihat, tetapi tidak mengerti". Buatlah pikiran mereka tumpul, dan hentikanlah pendengaran mereka, tutuplah mata mereka, sehingga mreka tidak mungkin melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, serta memahami dengan pikiran dan bakat mereka, kemudian mereka akan disembuhkan."4

Berbagai perbedaan antara kutipan dari Yesaya di atas dan terjemahan Matius atas pernyataan ini bisa dinisbahkan kepada Matius yang menggunakan versi Yesaya dari Septuaginta berbahasa Yunani, alih-alih teks Yesaya yang berbahasa Ibrani. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sandaran Matius pada Septuaginta berbahasa Yunani merupakan bukti yang kuat bahwa penyusun Matius bukanlah salah seorang murid Yesus, bahkan juga bukan seorang Yahudi dari Palestina. Namun, penyusun Matius harus dilihat sebagai seorang Yahudi yang terhellenisasi atau orang Kristen non-Yahudi, yang hidup di Pengungsian (mungkin di Suriah).

Akan tetapi, penggunaan Septuaginta berbahasa Yunani bukanlah persoalan yang sebenarnya dalam terjemahan Yesaya Matius. Persoalan sebenarnya adalah bahwa Matius berusaha memilih kata-kata Yesaya menjadi sebuah nubuat datangnya seorang Juru Selamat. Dengan sekali lagi mengeluarkan satu ayat tersebut dari konteks yang sebenarnya. Dengan menghapus bagian awal ayat Yesaya, dimana Yesaya konon secara suka-rela menyampaikan pesan dari Allah, Matius menyembunyikan fakta bahwa pesan Yesaya itu sebenarnya membicarakan tentang diutusnya Yesaya sebagai seorang nabi Allah.5 Pesan ini jelas mengidentifikasi Yesaya sebagai seorang rasul yang dibicarakan, dan dengan jelas mengidentifikasi peristiwa-pwristiwa yang telah digenapi selama masa hidup Yesaya. Sekali lagi, bualan Matius mengenai pemenuhan nubuat gagal mencapai sasaran. Sekali lagi, dalam pengujian atas beberapa ayat Perjanjian Lama di atas mengungkapkan bahwa Matius telah menyobek kain dari ayat Perjanjian Lama dengan berusaha membentangkannya agar sesuai dengan kehidupan dan kerasulan Yesus. sumber artike.http://www.sarapanpagi.org

0 komentar:

Posting Komentar

.

Selamat Datang Dan Berkah Dalem Gereja Fransiskus Xaverius Gantang Sawangan Magelang http//:gerejagantangsawanganmagelang blokspot.com